Saat Ilmu Tanpa Moral Jadi Petaka: Refleksi Bagi Mahasiswa Berpendidikan

Belakangan ini, kita sering melihat berita yang bikin geleng-geleng kepala. Bukan tentang orang awam yang berbuat nekat, tapi justru mereka yang punya gelar panjang, lulusan kampus ternama, bahkan bergelar profesor. Ada yang tersandung kasus korupsi, pelecehan, manipulasi data, hingga tindakan kriminal lainnya. Ironisnya, mereka adalah orang-orang yang secara akademik pernah dianggap "cerdas" dan berpendidikan tinggi. Tapi rupanya, kecerdasan tanpa akhlak bisa jadi bumerang. Ilmu yang seharusnya jadi cahaya, malah jadi senjata yang membahayakan banyak orang.
Fenomena ini seharusnya menjadi refleksi besar, terutama bagi kita para mahasiswa. Kita sering terjebak dalam euforia akademik—berlomba-lomba dapat IP tinggi, mengejar predikat cumlaude, atau menjadi yang paling pintar di kelas. Tapi kadang lupa, bahwa semua itu nggak ada artinya kalau tidak dibarengi dengan sikap yang benar dan hati yang bersih. Apa gunanya jadi ahli matematika kalau dalam hidup sehari-hari tidak jujur dalam tugas, suka menyontek, atau meremehkan orang lain?
Menjadi mahasiswa adalah sebuah kehormatan, tapi juga tanggung jawab. Karena di mata masyarakat, kita sudah dianggap sebagai orang yang tahu mana yang baik dan buruk. Kita jadi panutan, walaupun mungkin belum siap. Justru karena itu, penting untuk membangun karakter yang kokoh sejak sekarang—karakter yang tidak goyah walau dihadapkan pada godaan, tekanan, atau kesempatan untuk mengambil jalan pintas.
Mari kita jaga integritas mulai dari hal sederhana: jujur dalam mengerjakan soal, menghargai pendapat teman, tidak mencari celah curang saat kuliah online, hingga bersikap sopan kepada dosen dan staf kampus. Nilai 100 tidak akan berarti apa-apa kalau kita mendapatkannya dengan cara curang. Sebaliknya, nilai B atau C yang didapatkan dengan usaha sendiri, jauh lebih membanggakan karena mencerminkan siapa diri kita yang sebenarnya.

Ilmu memang penting, tapi moral adalah pondasinya. Jangan biarkan gelar akademik membuat kita merasa lebih tinggi dari orang lain, apalagi sampai menutup mata dari kesalahan sendiri. Karena ketika ilmu berjalan tanpa arah moral, bukan hanya kita yang tersesat—tapi juga orang-orang di sekitar kita bisa ikut terdampak.
Mari jadi mahasiswa yang tidak hanya pintar secara akademik, tapi juga punya empati, rasa hormat, dan tanggung jawab. Mahasiswa yang tidak hanya bisa menjawab soal sulit, tapi juga bisa membuat keputusan yang benar. Karena pada akhirnya, masyarakat tidak hanya butuh orang pintar. Mereka butuh orang baik yang kebetulan juga pintar.
#UNESASATULANGKAHDIDEPAN